Sumber Cerita.co.id melaporkan kabar mengejutkan dari industri otomotif global. Raksasa otomotif Jepang, Nissan, mengumumkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kedua yang akan merumahkan 11.000 pekerja tambahan. Jumlah ini menambah daftar PHK sebelumnya yang mencapai 9.000 orang, sehingga total karyawan yang terdampak mencapai sekitar 20.000 jiwa. Artinya, sekitar 15% dari total karyawan Nissan kini menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Kondisi keuangan Nissan memang tengah terpuruk. Laba operasional perusahaan anjlok hingga 88% pada tahun fiskal lalu, hanya mencapai 69,8 miliar yen (sekitar USD 472 juta). Penurunan drastis ini dipicu oleh melemahnya penjualan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China. Kegagalan merger dengan Honda semakin memperparah keadaan. Persaingan ketat dengan produsen mobil listrik China di pasar Asia Tenggara juga menjadi tantangan besar.
CEO Nissan yang baru, Ivan Espinosa, mengakui situasi yang sangat serius ini dalam konferensi pers. Ia menyebut hasil keuangan tersebut sebagai "peringatan keras". Proyeksi keuangan pun tak kalah suram. Kepala Keuangan (CFO) Jeremie Papin bahkan memperkirakan kerugian operasional sebesar 200 miliar yen pada kuartal pertama tahun ini.
Analis menilai, krisis yang melanda Nissan merupakan buah dari strategi jangka panjang di bawah mantan CEO Carlos Ghosn yang terlalu berfokus pada volume penjualan dengan diskon besar-besaran. Strategi ini mengakibatkan Nissan memiliki jajaran produk yang menua dan kurang kompetitif. Espinosa menegaskan komitmennya untuk melakukan perbaikan menyeluruh dengan cepat, meningkatkan profitabilitas, dan mengurangi ketergantungan pada volume penjualan. Tantangan besar kini tengah menanti Nissan untuk bangkit dari keterpurukan.
Leave a Comment