Berita mengejutkan datang dari Jepang. Melansir Cerita.co.id, Nissan di ambang kerugian terbesar sepanjang sejarahnya. Perusahaan otomotif legendaris ini diperkirakan akan membukukan kerugian bersih hingga USD 5,26 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir Maret lalu. Angka ini jauh melampaui prediksi awal yang hanya sekitar USD 561 juta.
Penyebab utama kerugian ini adalah biaya penurunan nilai aset yang mencapai USD 3,5 miliar, terutama di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, dan Jepang. Ditambah lagi, biaya restrukturisasi sebesar USD 420 juta semakin memperparah kondisi keuangan Nissan.

Kegagalan negosiasi merger senilai USD 60 miliar dengan Honda semakin memperburuk situasi. Meskipun awalnya tampak menjanjikan, negosiasi kandas di bulan Februari karena perbedaan visi kemitraan. Sumber-sumber menyebutkan Nissan menginginkan kesetaraan, sementara Honda ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan.

Related Post
Sebagai upaya penyelamatan, Nissan telah melakukan PHK terhadap 9.000 karyawan, menutup beberapa pabrik, dan menyederhanakan lini produknya. Langkah ini diharapkan dapat menghemat lebih dari USD 2,5 miliar. Mereka juga sedang mencari mitra baru, meskipun Foxconn, raksasa teknologi Taiwan, lebih tertarik berkolaborasi daripada mengakuisisi saham Nissan.
Meskipun merger dengan Honda gagal, kedua perusahaan beserta Mitsubishi tetap berkomitmen untuk berkolaborasi dalam pengembangan kendaraan listrik dan perangkat lunak. Namun, tantangan besar tetap ada di depan mata, terutama persaingan ketat dari produsen mobil listrik China. Masa depan Nissan kini berada di ujung tanduk.
Leave a Comment