Bermula dari laporan Cerita.co.id, Neta Auto, yang sempat dipuja sebagai bintang baru di industri otomotif, kini berada di ambang jurang. Di China, negara asalnya, perusahaan ini menghadapi badai sempurna: karyawan mengamuk menuntut gaji yang belum dibayarkan sejak November tahun lalu, dan perusahaan dilaporkan akan mengajukan reorganisasi kebangkrutan pada Juni 2025.
Ironisnya, di tengah krisis yang mengguncang, Neta justru merilis pernyataan resmi yang menenangkan. Mereka berjanji akan melakukan restrukturisasi besar-besaran, meluncurkan model baru, dan memastikan operasional di luar negeri, termasuk Indonesia, tetap berjalan normal. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah janji tersebut dapat dipercaya? Apakah konsumen Neta di Indonesia perlu khawatir?

Situasi keuangan Neta memang memprihatinkan. Arus kas macet, hutang menumpuk hingga mencapai miliaran rupiah (termasuk utang kepada Shanghai Yuxing Advertising Co., Ltd sebesar 5,31 juta yuan atau sekitar Rp 11,6 miliar), dan aset perusahaan bahkan nyaris kosong. Sebuah perintah pengadilan untuk membekukan rekening perusahaan afiliasi Neta hanya menemukan dana kurang dari 500 yuan (sekitar Rp 1,1 juta). Gambaran ini menunjukkan betapa kritisnya kondisi likuiditas Neta.

Related Post
Kontras antara citra perusahaan yang berusaha tegar di hadapan publik dengan realita di lapangan yang menunjukkan kesulitan keuangan yang parah, menimbulkan kekhawatiran. Apakah janji restrukturisasi dan kelanjutan operasional di Indonesia hanya sekadar upaya penyelamatan citra? Pertanyaan ini masih menjadi misteri dan layak untuk dipantau perkembangannya. Nasib konsumen Neta di Indonesia kini berada di ujung tanduk, menunggu kepastian di tengah badai yang melanda perusahaan tersebut.
Leave a Comment