Laporan dari Cerita.co.id mengungkapkan sebuah situasi yang cukup ironis. Bos Geely, Li Shufu, baru-baru ini memperingatkan krisis overkapasitas di industri otomotif global dan mengumumkan penghentian pembangunan pabrik baru. Namun, di tengah pengumuman tersebut, Geely justru berinvestasi besar-besaran di Vietnam.
Proyek pabrik senilai USD168 juta (sekitar Rp2,75 triliun) di provinsi Thai Binh tetap berjalan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, terutama bagi Indonesia sebagai pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara: mengapa Vietnam yang dipilih?

Keputusan ini sangat kontras dengan pernyataan Li Shufu. VnExpress mengonfirmasi bahwa pembangunan pabrik yang bermitra dengan distributor lokal Tasco, dan ditargetkan memproduksi 75.000 kendaraan per tahun di tahap awal, akan dimulai sesuai jadwal. Strategi "rem darurat" global Geely tampaknya tak berlaku di Vietnam.

Related Post
Indonesia pun bertanya-tanya, apa yang membuat Vietnam lebih menarik bagi Geely dibanding Indonesia? Apakah ini pertanda strategi pasar Geely yang selektif, atau ada faktor lain yang belum terungkap? Pertanyaan ini menjadi sorotan tajam bagi pelaku industri otomotif di Indonesia.
Leave a Comment