Sumber Cerita.co.id melaporkan, industri otomotif Indonesia sedang dilanda badai. Penjualan mobil ambruk hingga 9,20 persen selama Januari-Mei 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Bukan hanya lesunya daya beli masyarakat yang menjadi sorotan, namun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) justru menuding sejumlah faktor eksternal sebagai penyebab utama krisis ini.
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, dalam pernyataan mengejutkan, mengatakan bahwa permasalahan ini bukan hanya dialami Indonesia. Ia bahkan menuding Thailand, yang selama ini dianggap sebagai pemimpin pasar otomotif ASEAN, mengalami penurunan penjualan yang lebih tajam. "Produksi mereka hancur lebih dalam daripada Indonesia," tegas Nangoi di Jakarta, Rabu (18/6/2025).

Nangoi menambahkan, Vietnam juga mengalami penurunan penjualan, sementara hanya Malaysia yang masih bertahan. Keberhasilan Malaysia, menurutnya, berkat kebijakan pemerintah yang konsisten memberikan insentif pembelian mobil baru. Pernyataan ini seakan menyindir kebijakan pemerintah Indonesia yang dinilai belum cukup mendukung industri otomotif dalam negeri.

Related Post
Lebih jauh, Nangoi menuding faktor-faktor global sebagai biang keladi utama. Konflik di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, dan kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat disebut-sebut sebagai penyebab anjloknya penjualan mobil. Ia bahkan menyebut ancaman Perang Dunia Ketiga sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi kondisi pasar otomotif global. Pernyataan ini tentu saja menimbulkan pertanyaan dan spekulasi di kalangan pelaku industri dan masyarakat luas. Apakah faktor eksternal ini memang sekuat itu pengaruhnya, atau ada faktor internal lain yang diabaikan?
Leave a Comment