Cerita.co.id, TANGERANG – Satu tahun meramaikan pasar otomotif Indonesia, Jetour membuat gebrakan berani dengan memangkas harga Jetour T2 secara signifikan. Langkah ini menjadikan T2 sebagai SUV termurah di kelasnya secara global, khusus untuk pasar Indonesia. Apakah ini strategi "bakar uang" yang berisiko atau justru langkah jenius untuk merebut hati konsumen?
Di tengah persaingan ketat industri otomotif, Jetour seolah menantang para pemain lama dengan menawarkan harga yang sangat kompetitif. Klaim ini tentu menimbulkan pertanyaan: mampukah strategi harga ini menaklukkan skeptisisme konsumen Indonesia yang dikenal loyal terhadap merek-merek mapan?
Dengan modal pengalaman global yang luas—beroperasi di 91 negara, memiliki 2.000 jaringan showroom, dan mencatatkan penjualan 2 juta unit sejak 2018—Jetour tampak percaya diri. Namun, kesuksesan global tidak menjamin keberhasilan di pasar lokal yang unik dan kompleks.
Related Post
Jetour mengusung filosofi "Travel+" sebagai strategi pemasaran utama. Moch Ranggy Radiansyah, Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia, meyakini bahwa filosofi ini selaras dengan gaya hidup aktif konsumen Indonesia. "Kami melihat konsumen Indonesia sangat menerima nilai yang kami tawarkan, terutama untuk gaya hidup aktif. Tahun pertama ini adalah titik awal yang kuat," ujarnya.
Namun, filosofi gaya hidup saja tidak cukup. Jaringan purna jual yang kuat adalah kunci. Saat ini, Jetour baru memiliki 22 showroom di seluruh Indonesia. Jumlah ini masih jauh dari ideal untuk negara kepulauan seperti Indonesia. Target 40 showroom di tahun mendatang adalah sebuah keharusan, bukan sekadar pencapaian, jika Jetour ingin bersaing dengan pabrikan Jepang yang memiliki ratusan titik layanan.
Pusat distribusi suku cadang di Cikarang adalah langkah positif, namun efektivitas distribusinya ke luar Pulau Jawa masih harus dibuktikan. Jetour T2, sebagai model andalan dengan penjualan global mencapai 400.000 unit, menjadi tumpuan harapan bagi merek ini.
Tinggalkan komentar