Laporan dari Cerita.co.id mengungkap kekhawatiran akan dampak negatif kebijakan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) satu pintu yang dipegang Pertamina. Kebijakan ini, menurut pengamat ekonomi energi Universitas Gadah Mada, Fahmy Radhi, berpotensi menimbulkan kerugian besar dan mengancam stabilitas ekonomi nasional.
Fahmy menjelaskan, dengan sistem satu pintu ini, SPBU asing tak lagi leluasa mengimpor BBM dengan harga terendah. Mereka dipaksa membeli dari Pertamina dengan harga yang ditentukan perusahaan pelat merah tersebut. Akibatnya, margin keuntungan SPBU asing akan menipis drastis, bahkan hingga merugi. Skenario terburuk yang diprediksi Fahmy adalah penutupan massal SPBU asing dan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang akan berdampak luas pada perekonomian.

"Dengan kerugian yang berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan SPBU asing akan tumbang hingga menutup SPBU," tegas Fahmy dalam keterangan tertulisnya. Lebih jauh, ia memperingatkan potensi monopoli Pertamina di sektor hilir migas jika seluruh SPBU asing hengkang dari Indonesia. Hal ini, menurutnya, akan berdampak buruk pada iklim investasi, bukan hanya di sektor migas, tetapi juga sektor bisnis lainnya.

Related Post
Dampak berkurangnya investasi asing akan mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Kehilangan kepercayaan investor akibat kebijakan ini berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakpastian di pasar. Fahmy menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan impor BBM satu pintu ini untuk menghindari konsekuensi negatif yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dan mencari solusi yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk sektor energi nasional.
Tinggalkan komentar