Cerita.co.id – Industri minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi tulang punggung ketahanan energi Indonesia. Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi migas dalam bauran energi nasional diproyeksikan mencapai 34-44% hingga 2050.
Baca Juga
Meskipun persentase kontribusi migas diproyeksikan turun, kebutuhan energi fosil akan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menjelaskan bahwa kebutuhan bahan bakar minyak diperkirakan mencapai 4 juta barel per hari pada 2050, naik dari 1,6 juta barel per hari saat ini.
"Meskipun ada dorongan untuk pengembangan energi terbarukan, peran migas masih sangat penting untuk mendukung kebutuhan energi domestik," ujar Komaidi.
Ketergantungan Indonesia terhadap impor migas menjadi tantangan serius. Pada 2023, kebutuhan devisa impor migas mencapai Rp380,4 triliun, menunjukkan besarnya ketergantungan negara pada energi fosil. Untuk mengurangi ketergantungan, Indonesia perlu memaksimalkan potensi produksi migas domestik.
"Optimalisasi ini dapat dilakukan melalui eksplorasi dan peningkatan kapasitas lapangan yang ada. Dengan demikian, ketahanan energi nasional akan semakin kuat," kata Komaidi.
Investasi di sektor migas juga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Investasi di sektor hulu migas tidak hanya mendukung penerimaan negara, tetapi juga membuka lapangan kerja dan menggerakkan sektor-sektor lain. Setiap dolar yang diinvestasikan dalam migas menghasilkan efek berganda bagi perekonomian.
"Industri pendukung seperti manufaktur, jasa, dan transportasi mendapatkan dampak positif dari sektor ini. Hal ini membuat migas menjadi sektor yang sangat strategis bagi Indonesia," tegas Komaidi.
Teknologi juga memegang peranan penting dalam meningkatkan efisiensi sektor migas. Inovasi seperti penggunaan data geofisika dan geologi dapat membantu optimasi eksplorasi dan produksi. Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) juga mulai diimplementasikan untuk mengurangi emisi karbon dari sektor migas.
"Dengan inovasi ini, sektor migas dapat berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca. Ini penting untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan energi dan keberlanjutan lingkungan," tambah Komaidi.
Pemerintah Indonesia telah berupaya mendorong perkembangan industri migas dengan memberikan insentif fiskal, penyederhanaan perizinan, dan perlindungan investasi. Kolaborasi dengan pihak swasta dalam proyek-proyek strategis migas juga diperkuat.
"Langkah ini diharapkan dapat mempercepat produksi dan optimalisasi cadangan migas dalam negeri. Dengan dukungan kebijakan yang kondusif, industri migas diharapkan terus berkembang," pungkas Komaidi.
Tinggalkan komentar