Cerita.co.id sebelumnya memberitakan bahwa pengembangan infrastruktur energi terbarukan di Indonesia hingga tahun 2025 membutuhkan dana yang fantastis, yakni sekitar USD 14,2 miliar atau setara dengan Rp22,78 triliun (dengan kurs Rp16.032 per USD). Angka ini menunjukkan betapa besarnya investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target energi terbarukan nasional. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara pemerintah, PLN, dan para pengembang pembangkit listrik swasta (IPP) menjadi kunci keberhasilan proyek ambisius ini.
Baca Juga
IPP berperan sebagai mitra strategis yang tak tergantikan. Kehadiran mereka memastikan pasokan energi andal, merata, dan berkelanjutan, mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Lebih dari itu, IPP membawa teknologi modern dan inovasi yang mampu menekan biaya produksi listrik, berdampak positif pada tarif listrik bagi konsumen dan menjamin stabilitas pasokan.
Namun, investasi dalam infrastruktur pembangkit listrik energi terbarukan memang mahal. Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menekankan keterbatasan fiskal negara. Mengandalkan APBN saja akan membebani keuangan negara. Di sinilah IPP berperan vital, mampu menarik investasi dari green bond atau green financing, sekaligus menjaga stabilitas fiskal. Dengan demikian, APBN dapat dialokasikan untuk sektor lain yang juga penting.
Kolaborasi pemerintah dan swasta menjadi kunci. Pemerintah perlu memperbaiki regulasi dan memberikan insentif menarik, sementara sektor swasta berperan dalam investasi teknologi dan inovasi. Investasi swasta ini juga krusial untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Chatib Basri menegaskan, IPP memiliki peran penting dalam menyediakan energi listrik yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan kata lain, investasi besar-besaran di sektor energi terbarukan ini bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Tinggalkan komentar