Harga Minyak WTI Melonjak 6%, Didorong Ketegangan Geopolitik

Harga Minyak WTI Melonjak 6 Didorong Ketegangan Geopolitik
#image_title

Laporan dari Cerita.co.id menyebutkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan signifikan, mencapai peningkatan 6% dan mendekati level tertinggi dua minggu pada Senin (25/11). Saat ini, WTI diperdagangkan pada $71,38 per barel, naik 14 sen atau 0,2%. Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan lonjakan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik antara negara-negara Barat dengan Rusia dan Iran, dua produsen minyak utama dunia. Kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak global menjadi pendorong utama kenaikan harga.

Collab Media Network banner content

Secara teknikal, Andy menambahkan, indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang mendominasi pergerakan harga WTI. Hal ini mengindikasikan potensi kenaikan hingga mencapai level resistensi $72,50. Namun, ia juga memperingatkan bahwa jika momentum kenaikan gagal dipertahankan dan terjadi pembalikan arah, level support terdekat berada di $68,50.

Harga Minyak WTI Melonjak 6 Didorong Ketegangan Geopolitik
Gambar Istimewa cdnantaranewscom

Ketegangan geopolitik terkini semakin memperkuat sentimen bullish di pasar. Peluncuran rudal hipersonik Rusia ke Ukraina sebagai peringatan kepada Amerika Serikat dan Inggris, yang mendukung Ukraina dengan senjata canggih, serta reaksi keras Iran terhadap resolusi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan mempercepat pengayaan uranium, meningkatkan risiko sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran. Kemungkinan Trump kembali berkuasa pun menambah ketidakpastian, yang berpotensi memperburuk kelangkaan pasokan global.

Dari sisi permintaan, impor minyak mentah Tiongkok meningkat tajam pada November, didorong oleh harga yang lebih rendah. Sementara itu, produksi penyulingan minyak India naik 3% secara tahunan menjadi 5,04 juta barel per hari pada Oktober, sejalan dengan peningkatan ekspor bahan bakar. Kedua faktor ini turut menopang harga minyak di tengah ketidakpastian geopolitik.

OPEC+ mempertimbangkan untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga kuartal kedua tahun 2025. Pertemuan yang direncanakan di Wina pada Desember mendatang kemungkinan akan digelar secara daring, sebagai antisipasi terhadap ketidakpastian permintaan global dan fluktuasi harga minyak. Laporan mingguan jumlah rig minyak AS dari Baker Hughes, yang sebelumnya mencatat 478 rig aktif, juga akan menjadi indikator penting untuk memprediksi tingkat produksi minyak AS di masa mendatang.

Secara keseluruhan, dengan sentimen positif dari sisi teknikal dan fundamental, WTI menunjukkan potensi kenaikan yang kuat. Namun, Andy Nugraha menekankan bahwa tren bullish ini perlu dikonfirmasi oleh data ekonomi dan perkembangan geopolitik selanjutnya. Kenaikan ketegangan dapat mendorong harga minyak lebih tinggi, sementara penurunan permintaan atau peningkatan pasokan yang signifikan dapat menyebabkan penurunan harga menuju level support $68,50.

Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikuti kami :

Tinggalkan komentar