Berita dari Cerita.co.id mengungkap permasalahan krusial dalam sektor logistik Indonesia. Biaya logistik yang masih tinggi, mencapai 14,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menjadi beban berat bagi daya saing produk nasional di kancah global. Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan, menyatakan bahwa sistem logistik nasional membutuhkan transformasi menyeluruh dan mendesak.
Akbar Djohan menekankan bahwa efisiensi dan digitalisasi menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini. Menurutnya, transformasi bukan hanya sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi juga harus dibarengi dengan penataan sistem dan kebijakan yang terintegrasi, serta didukung oleh digitalisasi, keberlanjutan (sustainability), dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). "Logistik adalah urat nadi perdagangan. Sistem yang tidak efisien akan membebani semua sektor," tegas Akbar.

ALFI sendiri tengah mendorong implementasi sistem logistik terintegrasi berbasis teknologi. Pemanfaatan teknologi seperti big data, smart warehouse, dan sistem pelabuhan modern diharapkan mampu memangkas rantai pasok dan menekan biaya. Digitalisasi, menurut Akbar, akan meningkatkan efisiensi, transparansi, dan kecepatan layanan. Namun, peningkatan kapasitas SDM yang mampu beradaptasi dengan teknologi baru juga menjadi sangat penting. Kegagalan dalam hal ini akan menghambat upaya menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Tantangan besar kini berada di pundak pemerintah dan pelaku usaha untuk segera berbenah dan menciptakan sistem logistik yang efisien dan modern.

Related Post
Tinggalkan komentar