Sumber Cerita.co.id melaporkan maraknya fenomena "tut tut wok wok" di jalan raya Indonesia. Bukan hanya mengganggu ketertiban, perilaku arogan pengemudi mobil besar yang memaksa jalan ini juga menyimpan akar masalah psikologis yang lebih dalam.
Psikolog Meity Arianty dari Universitas Gunadarma menjelaskan, rasa superioritas menjadi pemicu utama. "Mereka merasa jalan raya adalah milik pribadi," ungkap Meity. Perasaan ini, menurutnya, muncul dari alam bawah sadar, dipicu oleh ukuran kendaraan yang besar. Mobil SUV besar, bagi mereka, seolah-olah memberikan ‘hak’ untuk mendominasi jalan, bahkan dengan cara-cara yang tidak etis dan kasar.

Lebih jauh, Meity menjelaskan, perilaku memaksa jalan dengan klakson dan lampu hazard yang menyilaukan bukan sekadar pelanggaran lalu lintas. Ini adalah manifestasi dari perasaan menjadi yang paling berkuasa di jalanan. Mereka mengintimidasi pengendara lain, seakan tak tersentuh hukum dan norma kesopanan berlalu lintas. Penggunaan atribut menyerupai kendaraan aparat, yang semakin menambah keresahan publik, semakin memperkuat gambaran "raja jalanan" ini. Fenomena ini, menurut Meity, membutuhkan perhatian serius, bukan hanya dari penegak hukum, tetapi juga dari sisi psikologis para pengemudi itu sendiri.

Related Post
Tinggalkan komentar