Desa Penuh Boneka Di Jepang
Share0
Nagoro, Sebuah Desa Yang Mengalami Penurunan Penduduk Usia Muda
Bukan tanpa alasan desa yang yang berada di daerah Nagoro di Barat Jepang ini dipenuhi oleh banyak boneka di berbagai daerah desa ini, hal ini dikarenakan pada saat ini populasi dari daerah tersebut sudah mulai menua serta menurun, Japan memang adalah salah satu negara yang kuat dalam memegang prinsipnya, akan tetapi sepertinya saat ini Jepang harus mulai berpikir jika harus melepas budaya yang telah tertanam sangat dalam ini jika Jepang ingin menghindari krisis ekonomi.
Pada desa Nagoro ini tidak terdapat sedikitpun suara kegembiraan ataupun tertawa dari anak kecil bermain dijalanan. Sekolah, terminal, dan bahkan jalanan di kota ini sangat sunyi. Hal ini dikarenakan pada desa ini sudah tidak terdapat anak kecil sama sekali dimana sekolah terakhir di tempat ini di tutup pada tahun 2012 silam.
Tsukimi Ayano seorang penduduk yang sudah berumur 69 tahun adalah salah satu dari 27 penduduk yang tersisa di kota ini. Untuk menambahkan kesan hidup pada desa ini, dirinya membuat sebuah boneka dengan ukuran sebesar orang dewasa dan menyebarkannya diseluruh bagian desa.
Boneka yang di buat oleh Ayano ini telah disebar di berbagai penjuru desa, di jalanan, diluar toko yang telah kosong, ada juga yang dikumpulkan pada ruangan sekolah yang sudah tidak digunakan kembali, seperti potongan adegan pada sebuah film horror.
Saat Ini Jepang Mengalami Krisis Demografi
“Beberapa dari boneka tersebut dibuat hampir menyerupai orang yang hidup di daerah ini atau telah meninggal”, kata Ayano. Desa yang pada jaman dahulu ini berisi sekitar 300 orang, Nagoro mulai menjadi kota yang sepi karena beberapa penduduk meninggal atau meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan. Di desa ini, penduduk yang paling muda usianya adalah 55 tahun.
“Saya pikir buka hanya kota kami saja, akan tetapi kota lainnya juga pasti mengalami penuaan atau pengurangan populasi”, lanjut Ayano. Nagoro mencerminkan adanya krisis demografi yang dialami oleh negara Jepang pada saat ini. Dengan tingkat kelahiran yang rendah dan harapan hidup yang tinggi, populasi Jepang di perlihatkan menyusut hingga satu pertiganya pada tahun 2065.
Pihak Pemerintahan Jepang Dinilai Terlambat Untuk Hadapi Permasalahan Ini
Sudah menurun sejak 10 tahun berturut turut, pada tahun 2017 contohnya, terdapat 900 ribu bayi yang lahir, akan tetapi terdapat 1.3 juta orang yang meninggal , dan ini adalah masalah yang sangat serius bagi perekonomian Jepang.
Walaupun pihak pemerintahan sudah mencoba untuk meningkatkan tenaga kerja dengan membuka pintu lebih lebar kepada pekerja luar negeri, dan dengan mendorong wanita untuk berkerja, program ini dipertanyakan karena dinilai sedikit terlambat.