Cerita.co.id – PT Sri Rejeki Isman (Sritex) resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Keputusan ini diambil berdasarkan sidang PN Semarang pada perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Baca Juga
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha M Rachbini, menilai kebangkrutan Sritex sebagai bukti penurunan daya saing industri tekstil dalam negeri. "Industri tekstil mengalami sunset industri, salah satu penyebabnya adalah lemah dan menurunnya daya saing," ujar Eisha.
Eisha menjelaskan, penurunan daya saing disebabkan beberapa faktor, seperti upah pekerja yang tinggi dan teknologi industri yang kurang memadai di Indonesia. Hal ini membuat proses produksi kurang efisien dan biaya produksi menjadi mahal.
Indonesia tertinggal dalam penggunaan teknologi dibandingkan Vietnam. Di Vietnam dan China, penggunaan teknologi yang lebih maju membuat ongkos produksi tekstil lebih murah. "Di pasar global, produk tekstil Indonesia kalah bersaing dengan Vietnam dan China yang memiliki daya saing tinggi, karena upah pekerja yang lebih murah dan teknologi yang lebih canggih," tambah Eisha.
International Textile Manufacturing Federation (ITMF) telah melakukan penelitian tentang total production cost TPT di beberapa negara produsen dan eksportir TPT pada tahun 2021. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya produksi tekstil di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara pesaing.
Tinggalkan komentar